
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Doa Pembukaan Khotbah
Mari kita bersatu dalam doa:
“Bapa Surgawi, Allah yang Mahakuasa, kami mengucap syukur dan memuji nama-Mu yang agung. Terima kasih atas kasih setia-Mu yang tak berkesudahan dalam hidup kami, yang terus menuntun kami hingga detik ini. Kami bersyukur, ya Bapa, atas setiap anugerah dan kesempatan yang Engkau berikan, termasuk kesempatan untuk berkumpul pada saat ini, di tempat ini, untuk merenungkan firman-Mu.
Saat kami akan memulai khotbah ini, kami memohon Roh Kudus-Mu hadir dan berkarya di tengah-tengah kami. Urapi hamba-Mu yang akan menyampaikan firman, berikan hikmat dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran-Mu dengan jelas dan tepat. Bukakan hati dan pikiran setiap kami yang mendengarkan, agar firman yang kami dengar tidak hanya berhenti di telinga, tetapi meresap dalam hati, bertumbuh, dan menghasilkan buah dalam kehidupan kami sehari-hari.
Terlebih khusus, ya Tuhan, dalam perenungan kami tentang bagaimana beriman di era digital ini, biarlah kami boleh melihat tantangan sebagai peluang, dan menggunakan setiap kemajuan teknologi untuk memuliakan nama-Mu. Jauhkan kami dari segala gangguan dan hal-hal yang dapat mengalihkan fokus kami dari Engkau.
Kami serahkan seluruh jalannya ibadah dan khotbah ini sepenuhnya ke dalam tangan-Mu yang penuh kasih. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kami, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.”
Khotbah
Shalom jemaat yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus!
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang senantiasa menuntun dan memberkati kita. Pada kesempatan ini, kita akan merenungkan sebuah tema yang sangat relevan dengan kehidupan kita saat ini: “Beriman di Era Digital.” Kita hidup di zaman yang serba canggih, di mana teknologi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Dari genggaman tangan kita, dunia terasa begitu dekat. Namun, di tengah semua kemudahan dan kecepatan ini, bagaimana kita sebagai orang percaya dapat tetap berakar dalam iman dan menjadi garam serta terang di dunia digital ini?
1. Ayat Pendukung dari Alkitab
Alkitab, firman Tuhan yang kekal, tetap relevan di setiap zaman, termasuk di era digital ini. Beberapa ayat yang dapat menjadi dasar perenungan kita antara lain:
- Amsal 4:23: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga hati, yang juga dapat diartikan sebagai pikiran dan jiwa kita, dari segala pengaruh negatif, termasuk yang datang dari dunia digital.
- Filipi 4:8: “Jadi akhirnya, saudara-saudaraku, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Ayat ini menjadi panduan kita dalam memilih konten dan informasi yang kita konsumsi di media digital.
- Matius 5:14-16: “Kamu adalah terang dunia… Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Kita dipanggil untuk menjadi terang, dan di era digital ini, terang itu juga dapat kita pancarkan melalui interaksi dan konten positif yang kita bagikan.
- Efesus 5:15-16: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, melainkan seperti orang bijak, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Kita diajak untuk bijak dalam menggunakan waktu, termasuk waktu yang kita habiskan di dunia digital.
2. Apa Itu Beriman Kristen?
Beriman Kristen bukanlah sekadar keyakinan intelektual tentang keberadaan Tuhan, melainkan sebuah relasi pribadi yang hidup dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini berarti mempercayai Dia sepenuhnya, menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dan hidup seturut dengan ajaran-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Beriman Kristen adalah:
- Percaya akan pribadi dan karya Yesus Kristus: Yaitu kematian-Nya di kayu salib untuk menebus dosa kita, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke surga.
- Hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan: Firman Tuhan menjadi kompas dan pedoman dalam setiap langkah hidup kita.
- Memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan: Melalui doa, penyembahan, dan perenungan firman.
- Menjadi saksi Kristus di tengah dunia: Dengan perkataan dan perbuatan kita, kita memancarkan kasih dan kebenaran Kristus kepada sesama.
3. Bagaimana Cara Beriman di Era Digital?
Era digital menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi iman Kristen. Untuk tetap beriman teguh di era ini, kita perlu:
- Bijak dalam Mengonsumsi Informasi: Dunia digital bagaikan samudra informasi. Kita harus menyaring dan memverifikasi informasi, terutama yang berkaitan dengan iman. Jangan mudah percaya pada hoaks atau berita palsu yang sengaja disebarkan untuk menyesatkan. Gunakan situs atau akun resmi gereja, lembaga teologi, atau sumber terpercaya lainnya. Ini selaras dengan visi Teologi Digital yang mengedepankan pemahaman iman yang akurat di ranah digital.
- Menjadi Produsen Konten yang Membangun: Alih-alih hanya menjadi konsumen, kita bisa menjadi produsen konten positif. Bagikan ayat Alkitab, renungan singkat, kesaksian, atau bahkan kutipan inspiratif yang dapat menguatkan iman sesama. Ini adalah salah satu cara bagi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) untuk menyebarkan kabar baik.
- Memanfaatkan Teknologi untuk Pertumbuhan Iman: Akses Alkitab digital, khotbah online, podcast rohani, atau kelas daring tentang Alkitab. Banyak sumber daya rohani yang tersedia gratis. Anda bahkan bisa menemukan buku-buku rohani di tokogereja.com untuk memperdalam pemahaman iman.
- Menjaga Keseimbangan antara Dunia Digital dan Kehidupan Nyata: Jangan biarkan interaksi di media sosial menggantikan persekutuan nyata dengan sesama di gereja atau di komunitas. Ingatlah pentingnya interaksi tatap muka, pelayanan langsung, dan ibadah bersama.
- Berani Menjadi Saksi di Dunia Maya: Di tengah banyaknya konten negatif, kita dipanggil untuk berani menyuarakan kebenaran dan kasih Kristus. Respon dengan bijak terhadap ujaran kebencian, bagikan perspektif iman Anda dengan rendah hati, dan jadilah agen perdamaian.
4. Etika Media Sosial bagi Orang Percaya
Etika adalah cerminan karakter, dan di media sosial, karakter kita terlihat jelas. Sebagai orang percaya, kita harus menjunjung tinggi etika Kristen dalam berinteraksi di dunia maya:
- Berbicara dengan Kasih dan Hormat: Hindari bahasa kasar, merendahkan, atau memprovokasi. Ingatlah bahwa di balik setiap akun ada pribadi yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. (Efesus 4:29)
- Menghindari Ghibah dan Fitnah: Jangan menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya atau membicarakan keburukan orang lain. Media sosial seringkali menjadi sarana cepat bagi penyebaran hoaks dan fitnah. (Amsal 10:18)
- Menjaga Privasi Diri dan Orang Lain: Bijaklah dalam membagikan informasi pribadi dan menghormati privasi orang lain.
- Menjadi Bijak dalam Berbagi Konten: Pastikan konten yang Anda bagikan bersifat membangun, positif, dan tidak melanggar nilai-nilai Kristen. Pertimbangkan apakah konten itu akan memuliakan Tuhan atau sebaliknya.
- Waspada Terhadap Kecanduan dan FOMO (Fear of Missing Out): Tetapkan batasan waktu penggunaan media sosial agar tidak mengganggu kualitas hidup, ibadah, dan relasi nyata.
5. Perumpamaan dan Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk memperjelas bagaimana kita beriman di era digital, mari kita lihat beberapa perumpamaan dan contoh nyata:
Perumpamaan:
Bayangkan iman kita di era digital seperti sebuah perahu layar di tengah lautan informasi yang luas.
- Angin Digital: Berbagai informasi, tren, dan konten digital adalah “angin” yang bisa membawa perahu kita melaju cepat, tapi juga bisa mengombang-ambingkan atau bahkan menjerumuskan kita ke arah yang salah.
- Kompas Iman: Alkitab dan Roh Kudus adalah kompas kita yang menuntun arah perahu agar tetap menuju tujuan yang benar, yaitu kehendak Tuhan.
- Kemudi Kebijaksanaan: Hikmat dan etika digital adalah kemudi yang kita gunakan untuk mengendalikan perahu agar tidak oleng atau menabrak karang.
- Jaring Pengaman Persekutuan: Komunitas gereja dan orang percaya adalah jaring pengaman yang akan menolong kita saat perahu kita terguncang atau menghadapi badai.
Tanpa kompas dan kemudi yang baik, serta jaring pengaman, perahu kita bisa tersesat atau tenggelam. Demikian juga iman kita di era digital.
Contoh Nyata:
- Penyebaran Berita Hoaks: Seorang jemaat melihat sebuah postingan yang mengklaim bahwa gereja X melakukan praktik yang tidak sesuai ajaran Alkitab. Jika ia langsung membagikan tanpa memeriksa kebenarannya, ia telah menjadi bagian dari penyebaran hoaks. Namun, jika ia mencari klarifikasi dari sumber terpercaya atau justru melaporkan konten tersebut, ia telah menunjukkan iman yang bijaksana.
- Penggunaan Media Sosial untuk Penginjilan: Seorang anak muda menggunakan akun Instagramnya untuk membagikan ayat Alkitab setiap hari, atau membuat video renungan singkat. Tanpa disadarinya, konten positifnya menginspirasi teman-temannya yang non-Kristen untuk bertanya lebih jauh tentang imannya. Ini adalah contoh bagaimana teknologi dimanfaatkan untuk Kerajaan Allah.
- Mencari Dukungan dan Doa Online: Di tengah kesulitan, seorang jemaat memposting permohonan doa di grup WhatsApp gereja. Seketika, banyak anggota grup memberikan dukungan dan mendoakannya. Teknologi memfasilitasi persekutuan dan dukungan di masa sulit.
- Menghindari Perbandingan Diri di Media Sosial: Seorang ibu muda melihat teman-temannya memposting foto liburan mewah atau pencapaian fantastis. Alih-alih merasa minder atau iri, ia memilih untuk bersyukur atas berkat-berkat yang ia miliki dan mengingat bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Ia menerapkan prinsip Filipi 4:11-13 tentang belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Kesimpulan
Beriman di era digital berarti menjalani kehidupan sebagai pengikut Kristus dengan bijaksana memanfaatkan teknologi untuk kemuliaan Allah dan kesejahteraan sesama, sambil tetap berpegang teguh pada ajaran Alkitab. Ini mencakup penggunaan teknologi untuk pelayanan, pembelajaran, dan persekutuan, serta kesadaran akan tantangan etika dan spiritualitas yang muncul.
Marilah kita menjadi orang-orang percaya yang cerdas dan bijak dalam menggunakan setiap platform digital yang Tuhan izinkan ada di zaman ini. Gunakanlah jari-jari kita untuk memberkati, mata kita untuk melihat yang baik, dan hati kita untuk senantiasa memuliakan Tuhan. Mari kita jadikan dunia digital sebagai ladang pelayanan kita, agar nama Tuhan semakin dimuliakan!
Amin.
Doa Penutup Khotbah
Mari kita satukan hati dalam doa:
Ya Bapa yang Maha Pengasih, kami kembali datang ke hadapan takhta kasih karunia-Mu setelah kami mendengarkan dan merenungkan firman-Mu. Terima kasih, Tuhan, atas kebenaran yang telah Engkau sampaikan kepada kami tentang bagaimana beriman di era digital ini. Kami menyadari bahwa tantangan di hadapan kami tidak kecil, namun kami percaya bahwa Engkau senantiasa menyertai dan memampukan kami.
Tolonglah kami, ya Tuhan, untuk dapat menerapkan setiap ajaran yang telah kami dengar hari ini dalam kehidupan kami sehari-hari. Berikan kami hikmat untuk bijak dalam memilih dan menggunakan teknologi, kasih untuk berbicara dan berinteraksi di dunia maya, integritas untuk menjadi kesaksian yang hidup, dan keberanian untuk memancarkan terang Kristus di tengah kegelapan dunia digital.
Jauhkan kami dari godaan-godaan dunia maya yang dapat menjauhkan kami dari-Mu, seperti penyebaran hoaks, perbandingan diri yang tidak sehat, atau pun kecanduan. Ingatkan kami selalu akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan persekutuan nyata dengan-Mu serta sesama.
Berkati setiap jemaat-Mu yang hadir pada hari ini, baik yang hadir secara fisik maupun yang mengikuti secara daring. Kiranya firman-Mu terus berakar dan bertumbuh dalam hati kami masing-masing, sehingga kami menjadi pribadi-pribadi yang semakin serupa dengan Kristus, dan menjadi saluran berkat bagi sesama di mana pun kami berada.
Kami serahkan seluruh hidup kami ke dalam tangan kasih-Mu. Segala pujian, hormat, dan kemuliaan hanya bagi nama-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.
Bekasi, Awal Juli 2025