Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si. - Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Oleh: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Judul: Inkarnasi Kata di Tengah Luka Dunia : Sebuah Refleksi Natal Jurnalisme Gerejawi
Marturia.digital – Jakarta, Natal sering kali terjebak dalam romantisme kandang domba yang steril atau gemerlap lampu kota yang menyilaukan. Namun, narasi teologis yang sejati tentang Natal adalah tentang Inkarnasi—turunnya Allah menjadi manusia di tengah kekacauan sejarah.
Bagi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), Natal tahun ini bukan sekadar perayaan liturgis, melainkan sebuah mandat profetik. Ketika Sang Sabda (Logos) menjadi daging (Yohanes 1:14), Ia mengajarkan bahwa kebenaran tidak boleh hanya melayang di awan-awan konsep, tetapi harus membumi, menyentuh, dan merasakan denyut nadi penderitaan manusia.
Berikut adalah refleksi teologis mengenai makna Natal sebagai panggilan konkret di tengah krisis multidimensi, dilihat dari lensa jurnalisme gereja:
1. Natal sebagai Teologi Kehadiran (Theology of Presence)
Peristiwa Natal adalah protes Allah terhadap penderitaan yang didiamkan. Allah tidak mengirimkan “siaran pers” dari surga untuk menyelamatkan dunia; Ia datang sendiri.
Bagi jurnalis gereja, ini adalah landasan ontologis profesi. Kita tidak dipanggil untuk sekadar menjadi penyalin warta jemaat atau pelapor seremoni. Semangat Natal menuntut jurnalis PWGI untuk hadir secara fisik dan empatik di tempat-tempat di mana kemanusiaan sedang diinjak-injak.
- Implikasi: Jurnalisme PWGI haruslah jurnalisme yang “berbau domba”. Tulisan-tulisan kita harus lahir dari riset lapangan yang kuat, menyentuh realitas kemiskinan, korban ketidakadilan hukum, dan mereka yang terpinggirkan. Jika Allah menyatu dengan penderitaan manusia, maka pena jurnalis gereja tidak boleh bersih dari debu jalanan pergumulan rakyat.
2. Palungan di Tengah Krisis Ekologis dan Ekonomi
Yesus lahir dalam kerentanan ekonomi (ketiadaan tempat layak) dan di tengah alam yang sederhana. Hari ini, “palungan” itu adalah bumi yang sedang sekarat akibat krisis iklim dan struktur ekonomi yang menindas kaum kecil.
Refleksi Natal menantang kita untuk melihat krisis ekologis bukan sebagai isu sekuler, melainkan isu teologis yang mendesak. Kehancuran alam adalah penghinaan terhadap Sang Pencipta yang memilih masuk ke dalam ciptaan-Nya.
- Tesis Jurnalistik: PWGI dipanggil untuk mengadopsi Jurnalisme Advokasi. Memberitakan kerusakan hutan, pencemaran air, atau ketimpangan ekonomi adalah bentuk ibadah aktual. Wartawan gereja harus berani menginvestigasi dosa-dosa ekologis dan ekonomi, menyuarakannya sebagai bentuk pertobatan kolektif yang harus dilakukan gereja dan masyarakat.

3. Jurnalisme sebagai “Terang” di Tengah Krisis Kemanusiaan
Narasi Natal dilingkupi oleh kegelapan politik (Herodes) dan krisis sosial (pengungsian ke Mesir). Namun, kehadiran Kristus disebut sebagai “Terang Besar”. Dalam konteks modern, krisis kemanusiaan—mulai dari perdagangan manusia (human trafficking), kekerasan berbasis gender, hingga polarisasi politik—adalah kegelapan yang nyata.
Wartawan adalah pembawa obor. Natal mengingatkan bahwa Kabar Baik (Injil) tidak selalu berisi berita yang “menyenangkan” atau “enak didengar”, tetapi berita yang benar.
- Fungsi Kenabian: Visi PWGI dalam menyambut Natal haruslah mengembalikan fungsi pers sebagai “anjing penjaga” (watchdog) nilai-nilai Kerajaan Allah. Menulis tentang korupsi atau ketidakadilan bukanlah tindakan politis semata, melainkan tindakan teologis untuk menyingkapkan kegelapan agar Terang Kristus bisa memulihkan keadaan.
4. Natal: Sumber Pengharapan yang Empiris
Poin terakhir dari refleksi ini adalah tentang Pengharapan. Natal bukanlah optimisme buta. Natal adalah bukti empiris bahwa Allah tidak menyerah pada dunia. Di tengah keputusasaan akibat pandemi yang masih menyisakan luka, atau resesi global, narasi Natal menawarkan harapan yang solid.
Tugas PWGI adalah menarasikan harapan tersebut. Bukan harapan palsu (toksik positivisme), melainkan harapan yang lahir dari ketahanan (resilience) iman umat.
- Misi: Wartawan gereja harus mengangkat kisah-kisah “inkarnasi kecil” di lapangan—gereja yang membuka dapur umum, komunitas yang merawat lingkungan, atau individu yang berjuang bagi perdamaian. Ini adalah Jurnalisme Harapan (Solutions Journalism) yang membuktikan bahwa di tengah krisis, Tuhan tetap bekerja melalui tangan-tangan manusia.
Kesimpulan: Dari Logos Menjadi Berita
Natal mengubah Kata menjadi Daging. Tugas jurnalis PWGI adalah sebaliknya: mengambil realitas “daging” (kehidupan manusia yang riil, berdarah, dan bergumul) dan mengubahnya kembali menjadi Kata-kata (tulisan/berita) yang menguatkan, mengoreksi, dan memberi hidup.
Biarlah Natal tahun ini menjadi momentum bagi seluruh anggota PWGI untuk tidak hanya memberitakan perayaan, tetapi memberitakan Kebenaran. Sebab di mana ada kebenaran yang diungkap dan penderitaan yang disuarakan, di situlah Natal yang sesungguhnya terjadi.
Selamat menyambut Natal, Sang Juru Warta Agung telah lahir.
Profil Penulis

Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Doktor Dharma Leksana adalah seorang teolog, wartawan senior, dan pegiat media digital gerejawi. Ia menyelesaikan pendidikan teologi di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, tahun 1994 dan melanjutkan studi Magister Ilmu Sosial (M.Si.) dengan fokus pada media dan masyarakat. Gelar Magister Theologi (M.Th.) diperoleh melalui tesis berjudul “Teologi Digital: Sebagai Upaya Menerjemahkan Misiologi Gereja di Era Society 5.0”.
Langkah akademiknya mencapai puncak pada jenjang Doktor Teologi (D.Th.) di Sekolah Tinggi Teologi Dian Harapan, Jakarta, dengan predikat Cum Laude. Disertasinya yang fenomenal berjudul “Algorithmic Theology: A Conceptual Map of Faith in the Digital Age” melahirkan gagasan Teologi Algoritma—sebuah locus baru dalam upaya kontekstualisasi iman di tengah realitas digital. Melalui penelitian tersebut, ia menegaskan bahwa algoritma dapat dipahami sebagai locus theologicus baru, sementara Logos—Sabda Allah—tetap menjadi pusat iman Kristen, bahkan di era logika algoritmik yang mendominasi kehidupan digital.
Disertasi tersebut kini telah diterbitkan dalam dua versi:
- “Teologi Algoritma: Peta Konseptual Iman di Era Digital” (Bahasa Indonesia)
👉 Baca di sini - “Algorithmic Theology: A Conceptual Map of Faith in the Digital Age” (Bahasa Inggris)
👉 Baca di sini
Karya akademisnya pada jenjang magister juga sudah dibukukan dalam “Membangun Kerajaan Allah di Era Digital” 👉 akses di sini serta dapat dilihat lengkap 👉 di sini.
Selain karya ilmiah, Dharma Leksana produktif menulis ratusan buku dalam bentuk penelitian akademik, buku populer, kumpulan puisi, hingga novel. Karya-karya tersebut dapat diakses melalui TOKO BUKU PWGI 👉 lihat koleksi.
Kiprah Organisasi & Media
Di ranah pelayanan dan media, Dharma Leksana adalah:
- Pendiri dan Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
- Pendiri berbagai media digital Kristen, antara lain:
- wartagereja.co.id
- beritaoikoumene.com
- teologi.digital
- marturia.digital
- serta puluhan media lain yang tergabung dalam PT Dharma Leksana Media Group (DHARMAEL), di mana ia menjabat sebagai Komisaris
Selain itu ia juga aktif memimpin sejumlah lembaga dan perusahaan:
- Direktur PT. Berita Siber Indonesia Raya (BASERIN)
- Komisaris PT. Berita Kampus Mediatama
- Komisaris PT. Media Kantor Hukum Online
- Pendiri & CEO tokogereja.com
- Ketua Umum Yayasan Berita Siber Indonesia
- Direktur PT. Untuk Indonesia Seharusnya
Karya dan Pengaruh
Sebagai pemikir sekaligus pelaku, Dharma Leksana memposisikan dirinya sebagai jembatan antara teologi, pewartaan digital, dan transformasi sosial. Ia aktif menulis buku, artikel, serta menjadi narasumber dalam berbagai forum gereja, akademik, dan media.
Karya-karya populer yang banyak dibaca antara lain:
- Mencari Wajah Allah di Belantara Digital 👉 akses
- Jejak Langkah Misiologi Gereja Perdana 👉 akses
- Agama, AI, dan Pluralisme 👉 akses
- Fenomenologi Edmund Husserl di Era Digital 👉 akses
- Alvin Toffler dan Teologi Digital 👉 akses
- Algoritma Tuhan: Refleksi tentang Sang Programmer Alam Semesta 👉 akses
- Jurnalisme Profetik di Era Digital 👉 akses
- Teologi Digital dalam Perspektif Etika Dietrich Bonhoeffer 👉 akses
Dr. Dharma Leksana terus melanjutkan kiprahnya sebagai seorang teolog digital, jurnalis profetik, dan pendidik iman, dengan visi membangun komunikasi Kristen yang kontekstual, transformatif, dan selaras dengan dinamika zaman digital.
