
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Doa Pembukaan Khotbah
Mari kita bersatu dalam doa:
“Bapa Surgawi, Allah yang Mahakuasa, kami mengucap syukur dan memuji nama-Mu yang agung. Terima kasih atas kasih setia-Mu yang tak berkesudahan dalam hidup kami, yang terus menuntun kami hingga detik ini. Kami bersyukur, ya Bapa, atas setiap anugerah dan kesempatan yang Engkau berikan, termasuk kesempatan untuk berkumpul pada saat ini, di tempat ini, untuk merenungkan firman-Mu.
Saat kami akan memulai khotbah ini, kami memohon Roh Kudus-Mu hadir dan berkarya di tengah-tengah kami. Urapi hamba-Mu yang akan menyampaikan firman, berikan hikmat dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran-Mu dengan jelas dan tepat. Bukakan hati dan pikiran setiap kami yang mendengarkan, agar firman yang kami dengar tidak hanya berhenti di telinga, tetapi meresap dalam hati, bertumbuh, dan menghasilkan buah dalam kehidupan kami sehari-hari.
Terlebih khusus, ya Tuhan, dalam perenungan kami tentang bagaimana beriman di era digital ini, biarlah kami boleh melihat tantangan sebagai peluang, dan menggunakan setiap kemajuan teknologi untuk memuliakan nama-Mu. Jauhkan kami dari segala gangguan dan hal-hal yang dapat mengalihkan fokus kami dari Engkau.
Kami serahkan seluruh jalannya ibadah dan khotbah ini sepenuhnya ke dalam tangan-Mu yang penuh kasih. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kami, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.”
KHOTBAH :
Shalom jemaat yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus!
Puji syukur kepada Tuhan yang Mahabesar, yang telah mengumpulkan kita pada hari ini untuk merenungkan firman-Nya. Tema khotbah kita kali ini sangatlah mendalam dan relevan untuk setiap kita, yaitu “Garam Dunia dan Terang Dunia.” Kita akan merenungkan Matius 5:13-16, di mana Tuhan Yesus sendiri menyampaikan identitas dan panggilan luar biasa ini kepada murid-murid-Nya.
1. Konteks Perikop Khotbah di Bukit
Perikop ini adalah bagian dari Khotbah di Bukit, yang merupakan salah satu pengajaran terpenting Yesus Kristus yang tercatat dalam Injil Matius (pasal 5-7). Khotbah ini disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti-Nya. Ini bukan sekadar ceramah biasa, melainkan manifesto Kerajaan Allah, yaitu prinsip-prinsip hidup bagi warga Kerajaan Surga.
Sebelum ayat tentang garam dan terang ini, Yesus telah menyampaikan Ucapan Bahagia (Beatitudes) dalam Matius 5:3-12. Di sana, Dia menggambarkan karakter-karakter rohani yang diberkati oleh Allah: orang yang miskin di hadapan Allah, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hatinya, pembawa damai, dan yang dianiaya karena kebenaran. Setelah menggambarkan identitas orang-orang yang diberkati ini, Yesus kemudian menyatakan konsekuensi dan tujuan dari karakter-karakter tersebut: mereka adalah garam dan terang dunia. Dengan kata lain, menjadi garam dan terang bukanlah pilihan tambahan, melainkan implikasi alami dari menjadi seorang pengikut Kristus yang sejati.
2. Makna Matius 5:13-16: Apa Arti Kamu Adalah Garam Dunia dan Kamu Adalah Terang Dunia?
Ayat-ayat ini adalah pernyataan identitas sekaligus panggilan misi bagi setiap pengikut Kristus.
- Matius 5:13: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
- Garam pada zaman Yesus memiliki beberapa fungsi penting:
- Pengawet: Melindungi makanan dari kebusukan.
- Pemberi Rasa: Membuat makanan menjadi lebih nikmat.
- Pembersih/Penyembuh: Digunakan untuk membersihkan luka atau sebagai antiseptik.
- Ketika Yesus mengatakan “Kamu adalah garam dunia,” Dia ingin murid-murid-Nya (dan kita) menjadi agen yang mencegah kebobrokan moral dan spiritual di dunia ini. Kita dipanggil untuk melawan “pembusukan” dosa dan kejahatan. Kita juga dipanggil untuk memberi “rasa” atau makna positif dalam kehidupan di sekitar kita, membawa kebaikan dan sukacita. Garam yang tawar adalah garam yang kehilangan esensinya, tidak berguna lagi. Ini adalah peringatan keras bagi kita untuk tidak kehilangan identitas dan fungsi kita sebagai orang Kristen.
- Garam pada zaman Yesus memiliki beberapa fungsi penting:
- Matius 5:14: “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.”
- Terang secara fundamental adalah kebalikan dari gelap. Kegelapan seringkali diasosiasikan dengan dosa, kebodohan, dan kejahatan.
- Ketika Yesus menyatakan “Kamu adalah terang dunia,” Dia menegaskan bahwa identitas kita sebagai pengikut-Nya haruslah terlihat dan memberi dampak. Sama seperti kota di atas gunung yang tidak bisa disembunyikan, hidup orang Kristen haruslah menjadi bukti nyata kehadiran Allah.
- Matius 5:15-16: “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
- Terang yang kita miliki bukan untuk disimpan sendiri, apalagi disembunyikan. Sebaliknya, terang itu harus dipancarkan agar menerangi orang lain. Tujuan akhir dari perbuatan baik dan terang kita adalah agar Bapa di surga dimuliakan, bukan diri kita sendiri.
3. “Kamu Adalah Garam Dunia” dan “Kamu Adalah Terang Dunia” dalam Bahasa Yunani
Dalam bahasa Yunani asli:
- “Kamu adalah garam dunia” adalah: Ὑμεῖς ἐστὲ τὸ ἅλας τῆς γῆς (Hymeis este to halas tēs gēs)
- Hymeis: Kamu (jamak)
- Este: Adalah (bentuk kata kerja ‘to be’ dari ‘eimi’)
- To halas: Garam (kata benda)
- Tēs gēs: Dari bumi/dunia (kata benda dengan artikel posesif)
- “Kamu adalah terang dunia” adalah: Ὑμεῖς ἐστὲ τὸ φῶς τοῦ κόσμου (Hymeis este to phōs tou kosmou)
- Hymeis: Kamu (jamak)
- Este: Adalah
- To phōs: Terang/cahaya (kata benda)
- Tou kosmou: Dari dunia/alam semesta (kata benda dengan artikel posesif)
Penekanan pada “Hymeis Este” (Kamu Adalah) menunjukkan sebuah pernyataan identitas yang kuat, bukan sekadar perintah untuk menjadi seperti garam atau terang, tetapi bahwa mereka memang itu adanya karena anugerah Kristus.
4. Bagaimana Menafsirkan Kata “Kamu Adalah Garam Dunia” dan “Kamu Adalah Terang Dunia”?
Menafsirkan “Kamu adalah garam dunia” dan “Kamu adalah terang dunia” berarti memahami bahwa:
- Ini adalah Identitas yang Diberikan, Bukan Didapat: Kita tidak berusaha menjadi garam atau terang, melainkan sudah adalah garam dan terang karena kita ada di dalam Kristus. Panggilan kita adalah untuk hidup sesuai dengan identitas ini.
- Ini adalah Panggilan untuk Berdampak: Garam dan terang tidak pasif. Garam harus dicampur untuk memberi rasa dan mengawetkan. Terang harus bersinar untuk mengusir kegelapan. Demikian pula, hidup orang Kristen tidak untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk memberi pengaruh positif di mana pun kita berada.
- Ini adalah Panggilan untuk Kualitas Hidup: Garam yang tawar tidak berguna. Terang yang tersembunyi tidak berfungsi. Artinya, kualitas iman dan hidup kita sangat penting. Jika kita hidup bertentangan dengan ajaran Kristus, kita kehilangan “keasinan” dan “terang” kita.
- Ini adalah Panggilan untuk Memuliakan Allah: Tujuan akhir dari semua itu adalah agar orang lain melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa di surga. Kita adalah saluran, bukan tujuan akhir.
5. Arti dan Makna Garam Dunia dan Terang Dunia di Era Digital
Era digital, dengan segala kompleksitasnya, adalah medan pelayanan baru bagi kita sebagai garam dan terang dunia.
- Garam Dunia di Era Digital:
- Mengawetkan Kebenaran: Di tengah banjir informasi palsu (hoaks), disinformasi, dan narasi yang menyesatkan, kita dipanggil untuk menyaring dan menyuarakan kebenaran. Jangan mudah menyebarkan apa pun tanpa verifikasi. Jadilah agen yang menghentikan pembusukan moral dan etika di dunia maya.
- Memberi Rasa Kasih dan Kebaikan: Media sosial seringkali dipenuhi ujaran kebencian, cyberbullying, dan perdebatan yang merusak. Sebagai garam, kita harus membawa “rasa” kasih, damai, dan kesantunan dalam setiap interaksi daring. Komentar positif, dukungan, dan empati kita bisa mengubah suasana.
- Menjadi Agen Pencegah Kebobrokan Digital: Melaporkan konten negatif, menyuarakan nilai-nilai moral, dan mendidik orang lain tentang etika digital adalah bentuk kita menjadi garam yang mengawetkan.
- Terang Dunia di Era Digital:
- Memancarkan Kebaikan Melalui Konten Positif: Kita bisa memancarkan terang dengan membagikan konten yang membangun iman, inspiratif, edukatif, dan menunjukkan kasih Kristus. Baik itu melalui unggahan renungan, kesaksian hidup, tulisan yang bijak, atau bahkan sekadar foto yang menunjukkan keindahan ciptaan Tuhan.
- Menjadi Teladan dalam Interaksi Online: Cara kita berbicara, bereaksi, dan berinteraksi di grup WhatsApp, komentar Facebook, atau DM Instagram mencerminkan terang yang kita miliki. Hindari spam, menyebar gosip, atau terlibat dalam flame war.
- Mengusir Kegelapan di Sudut-sudut Gelap Internet: Ada banyak kegelapan di internet – pornografi, perjudian, penipuan, kekerasan. Meskipun kita tidak bisa membersihkan semuanya, kita bisa menjadi terang di lingkaran pengaruh kita, dan bahkan menggunakan platform kita untuk menyuarakan perlawanan terhadap kegelapan tersebut.
- Memuliakan Bapa melalui Jejak Digital: Setiap jejak digital kita – mulai dari profil, posting, hingga interaksi – haruslah bertujuan untuk memuliakan Bapa di surga. Apakah digital footprint kita mencerminkan Kristus?
6. Perumpamaan yang Menarik tentang Fungsi Garam dan Terang di Era Digital
Mari kita bayangkan fungsi garam dan terang di era digital seperti:
Perumpamaan Garam: “Garam Anti-Virus Kehidupan” Dunia digital, terutama media sosial dan internet, bagaikan sebuah sistem operasi besar di mana berbagai jenis “virus” dan “malware” terus bermunculan: virus hoaks, malware kebencian, spyware pornografi, trojan kecemburuan, dan ransomware perbandingan sosial. Sebagai garam dunia, kita dipanggil menjadi “anti-virus alami” atau “sistem imun digital.” Kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga membantu membersihkan dan menguatkan “sistem” di sekitar kita.
- Contoh: Saat melihat sebuah hoaks yang dapat memecah belah, alih-alih ikut menyebarkan, Anda malah melakukan verifikasi, membagikan fakta, atau bahkan melaporkan konten tersebut. Anda sedang bekerja sebagai “anti-virus” yang membersihkan informasi. Ketika Anda memposting kata-kata dukungan kepada seseorang yang di-bully, Anda sedang menyuntikkan “antibodi kasih” ke dalam sistem.
Perumpamaan Terang: “Lampu Penunjuk Jalan di Malam Gelap” Internet bisa menjadi “jalan raya” yang sangat ramai dan terkadang gelap, penuh dengan persimpangan yang membingungkan dan lubang jebakan. Sebagai terang dunia, kita adalah “lampu penunjuk jalan” atau “rambu digital” yang diletakkan di tempat-tempat strategis untuk membantu orang lain.
- Contoh: Seorang pemuda Kristen menggunakan kanal YouTube-nya untuk membuat video inspiratif tentang iman, kesabaran, atau bagaimana mengatasi kecemasan. Bagi banyak orang yang tersesat atau merasa putus asa di “jalan gelap” kehidupan, video itu bisa menjadi “lampu penunjuk jalan” yang membawa harapan. Atau, ketika Anda memberikan komentar yang bijak dan damai di tengah debat sengit di media sosial, Anda adalah “rambu” yang menuntun orang untuk kembali pada percakapan yang sehat dan membangun.
7. Apa yang Harus Dilakukan Orang Kristen Agar Dapat Menjadi Garam Dunia dan Terang Dunia?
Agar dapat sungguh-sungguh menjadi garam dan terang dunia, kita perlu:
- Berakar Kuat dalam Firman dan Doa: Iman yang tawar dan terang yang redup berasal dari hubungan yang jauh dengan Tuhan. Dengan terus belajar firman dan berdoa, kita akan memiliki hikmat dan kekuatan untuk berfungsi secara optimal.
- Menjaga Kekudusan Hidup: Garam tidak boleh tawar, terang tidak boleh redup. Ini berarti kita harus terus menjaga hati, pikiran, dan perbuatan kita agar sesuai dengan standar kekudusan Allah, baik di dunia nyata maupun di dunia digital.
- Memiliki Kepedulian Terhadap Sesama: Garam berfungsi untuk yang lain, terang bersinar untuk yang lain. Kita harus memiliki hati yang peduli terhadap kondisi dunia dan sesama, baik secara fisik maupun spiritual, dan menggunakan posisi kita untuk membawa perubahan positif.
- Berani Menjadi Berbeda: Di tengah arus dunia yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani, kita harus berani berdiri teguh dan menjadi kontras. Jangan ikut-ikutan melakukan hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan hanya demi diterima lingkungan.
- Meningkatkan Literasi Digital dan Etika Online: Pahami cara kerja dunia digital, kenali bahayanya, dan terapkan etika yang baik. Ikuti pelatihan, baca artikel, atau berdiskusi tentang penggunaan internet yang bertanggung jawab.
- Fokus Memuliakan Tuhan, Bukan Diri Sendiri: Ingatlah bahwa tujuan kita bersinar adalah agar Bapa di surga dimuliakan. Jangan sampai kita menjadi garam yang mencari pujian atau terang yang pamer diri.
Doa Penutup Khotbah
Mari kita satukan hati dalam doa:
Bapa Surgawi, Allah yang Mahakasih, kami mengucap syukur atas firman-Mu yang telah kami dengar dan renungkan pada hari ini. Engkau telah mengingatkan kami akan identitas mulia yang Engkau berikan kepada kami: garam dunia dan terang dunia. Kami mengakui, ya Tuhan, seringkali kami lalai, garam kami menjadi tawar, dan terang kami tersembunyi di bawah gantang.
Ampuni setiap kelemahan dan kegagalan kami. Baharui hati dan roh kami, ya Bapa. Biarlah Roh Kudus-Mu memenuhi kami, memampukan kami untuk sungguh-sungguh hidup sesuai dengan panggilan ini. Berikan kami hikmat untuk memilih dengan bijak di tengah lautan informasi digital, keberanian untuk menyuarakan kebenaran di tengah kebisingan, dan kasih untuk berinteraksi dengan hormat di setiap platform.
Tolonglah kami, ya Tuhan, agar setiap perkataan, perbuatan, dan jejak digital kami mencerminkan karakter Kristus, sehingga melalui hidup kami, nama-Mu yang kudus dimuliakan. Biarlah dunia ini melihat perbedaan yang dibawa oleh anak-anak-Mu, dan mereka tertarik untuk datang kepada Terang yang sejati, yaitu Yesus Kristus.
Berkati setiap jemaat-Mu yang hadir di sini maupun yang bergabung secara daring. Kiranya firman-Mu terus berakar dalam hati kami, bertumbuh, dan menghasilkan buah-buah kebenaran. Kami serahkan seluruh hidup kami ke dalam tangan-Mu, ya Tuhan, karena hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin.
Bekasi, Awal Juli 2025
Penulis : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.