
Khotbah Singkat dari Matius 28:19-20:
Judul: Amanat Agung: Panggilan untuk Melayani
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Kita telah membaca Matius 28:19-20, yang merupakan amanat agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Dalam amanat ini, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya.
Amanat ini bukan hanya untuk murid-murid pada zaman itu, tetapi juga untuk kita semua yang percaya kepada-Nya. Kita dipanggil untuk menjadi murid-murid Yesus yang setia dan untuk membagikan kasih-Nya kepada orang lain.
Sebagai murid-murid Yesus, kita memiliki tanggung jawab untuk membagikan Injil kepada orang lain, untuk membaptis mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan untuk mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya.
Namun, kita tidak sendirian dalam tugas ini. Yesus berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dengan janji ini, kita dapat memiliki keberanian dan kekuatan untuk melaksanakan amanat agung-Nya.
Saudara-saudara yang terkasih, mari kita renungkan panggilan kita sebagai murid-murid Yesus. Mari kita berani untuk membagikan kasih-Nya kepada orang lain, dan mari kita percaya bahwa Yesus menyertai kita senantiasa.
Amin.
Ilustrasi cerita dari khotbah singkat tentang Matius 28:19-20:
Mentari pagi Jakarta perlahan merayap naik, menerangi gang-gang sempit di kawasan padat Jakarta Timur. Di salah satu kontrakan sederhana, hiduplah Sarah, seorang jurnalis muda yang bersemangat. Sejak remaja, hatinya terpaut pada ayat Matius 28:19-20 yang sering didengarnya di gereja. Amanat Agung itu tidak hanya terasa sebagai perintah, tetapi juga panggilan yang membara dalam jiwanya.
Sarah bekerja di sebuah media online kecil. Setiap hari, ia berkutat dengan berita-berita aktual, seringkali dihadapkan pada kisah-kisah kelam dan getir. Namun, di tengah rutinitasnya, ia selalu merenungkan bagaimana ia, sebagai seorang pengikut Kristus, dapat mengaplikasikan Amanat Agung dalam kehidupannya.
Suatu hari, Sarah ditugaskan meliput kegiatan komunitas gereja di sekitar tempat tinggalnya. Ia bertemu dengan Bapak Petrus, seorang pensiunan guru yang dengan tulus mengajar anak-anak jalanan membaca dan menulis di sebuah balai RW yang kumuh. Sarah menyaksikan sendiri bagaimana Bapak Petrus dengan sabar mendekati anak-anak yang awalnya malu dan tidak percaya diri. Ia tidak hanya memberikan pelajaran formal, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kasih dan harapan.
Saat mewawancarai Bapak Petrus, Sarah bertanya tentang motivasinya. Dengan senyum tulus, Bapak Petrus menjawab, “Dulu saya juga tidak punya apa-apa, Nak. Tapi Tuhan Yesus memberikan saya kesempatan untuk belajar dan menjadi guru. Sekarang, saya hanya ingin membagikan apa yang sudah saya terima. Ini cara saya menjadi murid-Nya dan menjadikan bangsa-bangsa murid-Nya, mulai dari gang kecil ini.”
Perkataan Bapak Petrus bagaikan tamparan lembut bagi Sarah. Ia menyadari bahwa melayani tidak harus selalu dengan mimbar atau khotbah di gereja. Amanat Agung bisa diwujudkan dalam tindakan nyata, sekecil apapun itu, di mana pun Tuhan menempatkan kita.
Sarah kemudian membuat liputan yang mendalam tentang Bapak Petrus dan komunitasnya. Ia menyoroti semangat pelayanan tanpa pamrih dan dampak positif yang mereka berikan bagi anak-anak di lingkungan tersebut. Artikelnya menjadi viral dan menginspirasi banyak orang untuk turut berkontribusi. Beberapa donatur mulai mengulurkan tangan, memberikan bantuan berupa buku, alat tulis, dan bahkan tempat yang lebih layak untuk kegiatan belajar mengajar.
Sarah merasa haru. Ia menyadari bahwa melalui pekerjaannya sebagai jurnalis, ia juga sedang menjalankan Amanat Agung. Ia tidak membaptis secara langsung, tetapi ia memberitakan kasih Kristus melalui kisah inspiratif. Ia tidak mengajar doktrin gereja secara formal, tetapi ia menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian melalui tulisannya.
Sejak saat itu, Sarah semakin bersemangat dalam mencari kisah-kisah serupa. Ia meliput kegiatan sukarelawan di rumah sakit, aksi bersih-bersih lingkungan yang diinisiasi oleh pemuda gereja, dan berbagai inisiatif kecil lainnya yang membawa dampak positif bagi masyarakat. Ia percaya bahwa setiap kebaikan adalah cerminan kasih Tuhan yang patut dibagikan.
Dalam setiap tugasnya, Sarah selalu teringat akan janji Yesus dalam Matius 28:20, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ia tidak merasa sendirian dalam tugasnya. Ia percaya bahwa Tuhan selalu menyertainya, memberikan kekuatan dan inspirasi untuk terus melayani melalui profesinya.
Seperti Bapak Petrus di gang sempit, Sarah pun menemukan caranya sendiri untuk menjawab panggilan Amanat Agung. Ia menyadari bahwa setiap kita, dengan talenta dan profesi masing-masing, memiliki peran untuk membagikan kasih Kristus kepada sesama, menjadikan bangsa-bangsa murid-Nya, satu langkah, satu kisah, satu kebaikan pada satu waktu. (Mas Dharma EL./Red.***)